Tampilkan postingan dengan label Puisi Sedih. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puisi Sedih. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 17 Desember 2011

Pesanku By -SBT-

Jika engkau tak mampu melihatku dengan netramu.
Pandangilah aku dengan mata batinmu.
Jangan torehkan pedih ini di hatiku.
Aku tak bernyali.
Seperti harimau ataupun serigala.
Aku hanya titihan kupu-kupu yang begitu indah dipandang.

Jika engkau tak mampu merengkuhku.
Ulurkan tanganmu untuk membimbingku.
Jangan lepaskanku.
Ketika aku butuh pegangan.

Dan ceritakan padaku tentang sebuah dongeng.
Yang menceritakan kecantikan seorang putri yang baik hati.
Yang dapat membuatku tertidur.
Dan terlelap di malam ini.
Biarkan ku terjaga kala mentari bersinar di esuk hari.

Agar dapat kuceritakan kembali tentang mimpi semalam.
Berhias kunang-kunang yang berkelip laksana bintang.

Sabtu, 10 Desember 2011

Cukup By -SBT-

Cukup sudah air mataku tercurah.
Mengalir di kedua mataku.
Meski sakit dan terhimpit.
Aku mencoba bertahan dari kepedihan.
Linangan air mataku tak mampu lagi membasuh lukaku.

Tergelaklah dirimu dalam badai lukaku.
Menghembus di setiap aliran darahmu.
Pahit dan sakit.
Perih tiada terkira.

Biarkan aku berjalan.
Bagai di atas bara kelukaan.
Membias di setiap torehan kepahitan.
Tanpa sanggup lagi kutahan derita.

Ijinkanlah aku pergi darimu.
Menapaki duka penuh kepedihan.
Biarkan aku berjalan...
Tanpa harapan yang bersinar.

Pahit ini masih membekas.
Ngilu di setiap nafas.
Mungkin akan ku relakan bahagiaku.
Demi untuk sebuah nama.
Cinta...

Cukup sudah ku labuhkan hati
Pada sebuah janji.
Janji yang pernah kita cipta
Dalam jaring hitam sang lara.
Biarkan aku pergi...
Dan mati...

Selasa, 06 Desember 2011

Pudar By -SBT-

Waktu yang tersisa tak cukup memberiku ruang.
Bagai mimpi...
Kini menghilang...
Tiada sapa...
Tiada canda...
Aku terlelap...
Dalam buaian mimpi kabut biru.

Tiada tahu mana arah ku tuju.
Semuanya membisu.
Tak mampu berteriak.
Terseok dalam langkah tak berarah. Pasrah...

Kini kusadari kau telah pergi.
Meniti sebuah hati yang kini kau sanjungi.
Buyarkan mimpi yang hampir kumiliki.
Meski tinggal jiwa-jiwa yang berserak.
Aku tak berdaya.

Haknya do'a...
Semoga kau bahagia.
Bersamanya...
Meniti sebuah reality.
Aku...
Hanyalah kabut sunyi.
Yang menyepi.
Tiada harga yang tertera.
Dalam setiap nafasmu...
Di matamu...
Aku tak berharga.
Meski hanya dalam sebait puisimu.

Senin, 05 Desember 2011

Kelam By -SBT-

Kusirisir malam tanpa bintang.
Dingin menusuk.
Kepori dan kulitku.
Meski nafas terengah menahan iba.
Pahitnya tak kan lagi mampu ku rasa.

Membiarkan angan dalam sepiku.
Mengulit harapan yang kian pudar.
Biaskan luka di sekujur jiwa.
Cipta nelangsa.
Padukan derita dan lelehan air mata.

Membaur seringai malam yang kian memudar.
Dingin menusuk.
Biaskan dosa.
Dalam ranum jiwa yang hampa.
Kodrat terluka.
Sakitkan pesona.

Biarkan bias ini memudar.
Di dasar hati.
Menghuni sepi.
Dalam kalutan pedih yang putih.
Hauskan raga.
Di semak sengsara.

Aku ingin bertanya...
Masih adakah setia yang tercipta.
Jika cinta tak lagi berharga.
Di mata dia...
Dan juga dia.

Lelah...
Pautkan cerita seperti berita.
Biar saja terhapus bersama angin.
Awan yang menghitam.

Kamis, 24 November 2011

Tepian Hati By Seroja

Tak lagi mampu aku berkata.
Saat lukaku menangguk sukma.
Dalam kerontang jiwa yang tengah lara.
Mengapa harus ada cinta.
Jika luka yang kini aku terima.

Aku tak mampu berdiri di tengah dia.
Aku tak mampu berkata dalam canda tawa dia.
Senyumku hanya sebuah simbul.
Simbul rekahan duka dan air mata.

Dan kini...
Aku terluka dalam diam.
Merintihpun aku tak kuasa.
Apalagi bernyanyi dalam sebuah nada cinta.
Sepi tak menghilang.

Kini aku mencoba berdiri di atas dua hati.
Yang dulu pernah saling mencintai.
Aku tak ingin meretakkan impian mereka.
Yang dulu pernah di rajutnya suatu ketika dulu.
Namun...
Aku tak berdaya.
Mampukah aku...?
Berdiri di tepian hati...?
Aku tak tahu.

Minggu, 20 November 2011

Cinta Untuk Ayah By Omega

Biarkan aku menangis sejenak,
Di atas pusaramu yang telah retak,
Mengenang masa lalu yang terinjak,
Atas jiwamu yang teramat bijak.

Ayah...

Hingga kini masih teringat,
Saat sebilah kayu keras mendarat,
Di lapang tubuhku merah menggurat,
Sampai darahku mengalir pucat.

Sungguh aku tak menyesali,
Karena kenakalanku teramat keji.

Ayah...

Hingga kini masih teringat,
Saat guntur berdentum di bibirmu,
Dengan amarah penuh laknat,
Untuk membunuh kebodohanku.

Sungguh aku tak menyesali,
Karena petuahmu sungguh berarti.

Ayah...

Mungkin aku sudah tak ingat,
Ketika aku di pangkuanmu,
Kukencingi suci tubuhmu,
Hingga mencurat di wajahmu.

Itulah yang aku sesali,
Dalam ikhlasmu tiada benci.

Ayah...

Adakah maaf untukku,
Yang tak mampu membayar hutang-hutangku,
Hutang atas pelajaranmu,
Hutang atas didikanmu,
Hutang atas ketulusanmu,
Hutang atas segala cinta dan kasih sayangmu.

Tersenyumlah Ayah,
Di dalam surga yang begitu mewah.

Lalu air mataku tumpah tercuat,
Memeluk jiwamu di atas pusara,
Atas bhaktiku yang terlambat,
Kulayangkan cinta melalui doa.

Maafkan aku,
Ayah...

Ternyata By Khanti Lestari

Rasa cinta nie, semakin lama semakin pudar.
Terbawa oleh sang waktu.
Aku sadari kau lebih bahagia hidup bersamanya dari pada dengan diriku.
Dan aku juga tak akan melarang kau untuk pergi bersamanya.

Meski ku tak merelakan mu..
Untuk bersama dirinya..

Senin, 07 November 2011

Maafkan Aku Bila Ku Tak Sempurna By Bobby Leonard

Aku tau aku memang egois untukmu..
Aku tau aku memang suka bikin bt dan nyebelin..
Tp cblah kau fikir sedikit saja untuk ku..

Aku lakukan ini hanya agar aku tak sengsara di kehidupan yang akan datang nanti..
Salahkah aku bila belajar untuk sebentar saja..

Aku relakan qau, bila qau tak pedulikan ku lgi..
Aku hanya berharap.. "SABAR SAYANG KU"

Sabtu, 05 November 2011

Disaat Kau Buat Hatiku Hancur By Khanti Lestari

Sdah puas kah qau membuat aq menangis..
Sdah puas kah qau membuat prih hti nie..
Sdah puas kah qau membuat hdup q hancur..
Krang yg tersisa adlh puing2 ke hancur'an yg tlah aq rza saat nie..